BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, April 28

Senin Selasa ini... 46 Lah yang Menuntunku

hari ini, telah lama aku berfikir. menagih setiap jawaban yang akan kutulis pada kertas putih. Butir keringatku membasuh fikiran yang tak hentinya menelan egoku.

lelah selalu aku ini. harap saja jerih payah ini tiada arti yang sia-sia. apa yang kutabur, akan kutuai kembali, apa yang kau tabur, kan kau tuai nantinya. 

deru jarum jam bersikeras menitihkan berjuta angan di langit-langit kelasku. bagai laut yang selalu menghardik sentuh bebutiran pasir, waktu terus - terus saja berlagak. tiada ia beri seberkas pengampunan. asalakan pekat yang ku gores, itulah yang sudah ia tanamkan selama berpuluh tahun. 

mimpi yang bergelora terus saja menjadi kabut tebal yang bersua dan berjanji pada halangan fikiran. ahh, gerahnya benak ini, tiada lurus lagi, tiada ada lagi ampun dari sang waktu. buritan yang mendesah kian terpantul dalam sudut ruang itu. 

darah yang tersirat dalam nadi temani, tekan, jawaban yang telah kupilih. itulah yang menentukan masa depan. satu untuk selamanya, selamanya aku pergi. pergi dalam kisah perjalanan duniawi yang tak kenal akan kerahiman.

Ahh,, UAN ya... tempat dimana jenuhku berpaling.

Kamis, April 9

TERRORS OF THE SKY

terrors of the sky. wajahnya terngiang di ketiak langit senja. beratapkan gradasi matahari yang enggan lagi bersinar.

asap kepergian itu menitih asam semangat dalam tiap riak keringatku. tepian itu... biar aku yang mengabadikannya. Senubari yang hampa, siapa yang mengisi ini... diakah yang kucari, dia,, wajahnya yang terngiang di ketiak langit. hanya elegi waktu yang sanggup melampirkan sebuah jawab.

helai surat hati, tak kunjung sampai meski tiada pernah usai doaku. 

aku, putus sudah tali keperihan.. meski lidahku kelu, namun wajahnya, tetap terngiang. ditatap tangan2 surgawi..

biar posting kali ini tiada dapat anda tangkap, namun tak hanya aku, suatu hari nanti, akan kah kalian mengerti?

Selasa, April 7

Kepergian

kiranya sudah lelah aku menunggu... entah bagaimana, meski tangis tak terucap, sepiku di tengah malam tetap menyelimuti. terdiam, dalam angan yang sirna. tiada lagi kisah yang terperi. 

suatu hari nanti, kunanti dirinya. di bawah saksi awan kelam. menitih renta keraguan yang tak berujung. meski gusar rasa ini, enggan aku berkata. biar rembulan yang menyampaikan salamku untuknya. meski aku berdiri di atas lututku sendiri, tangis hujan kan girang menghampiri. hanya air mata, sunyi dan sepi. tiada lagi senyum hangat yang membuai.

sirna semua kini. tak berujung kesedihan yang berdendang. hingga kucar sendiri, cahya mentari pagi yang setia merangkul kuk di atas pundakku.

surat untuk sahabat

dalam hari ini, aku ingin melampirkan sebuah patah kata untuk temanku... pergilah, carilah dunia barumu, titipkan salamku untuk sejuta angan di dunia. walau tiada pernah yakin kita kan bersua. penat meski wajah sahabat2mu, biar jutaan kebahagiaan yang menangisi kepergianmu