BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, Juni 28

Kau membuat aku...

terima kasih karena kamu...
aku menjadi seseorang yang dapat bertumbuh

tak hanya sekedar mengadu pada senja
tentang semua pedihku...

tapi aku selalu bersyukur...
kamu telah hadir di sini, setidaknya sekali...

terima kasih kamu telah mengajari
sejuta hal tentang dunia,
sejuta hal tentang perasaan
sejuta impian...
bahwa tak ada yg tak dapat tercapai

terima kasih karena mengizinkan ku
mengenalmu, mengetahuimu
melihat mu... menyentuhmu..
mencium semerbak harummu
memegang sehelai rambutmu...

terima kasih, karena kamu

terima kasih karena kamu...
aku menjadi seseorang yang dapat bertumbuh
menjadi dewasa dan mengerti
akan arti mencintai sebenarnya...
akan arti ketulusan

terima kasih
Penuai Senja... berakhir di sini...

Sabtu, Juni 26

Dodo - dan Sejuta Kesalahannya

"tulisan yang kubuat ini adalah kehidupan yang tak maya adanya... buat kamu yang tersakiti... bosan ya kalu lagi-lagi aku bilang maaf? apa dayaku... tak kutemukan kata selain maaf."

... . . . . . . . . . . . . . . .

"Bosan ya..." Itu saja yang bisa dikatakan Dodo pada temannya. ini sudah kesekian kalinya, Dodo bertingkah seenak perutnya. Kali ini habis Ani dibuat kesal olehnya. Dodo hanya meminta sebuah pengertian Ani, tak lebih. Memang ledakan amarah sempat terjadi dalam Dodo, dan Dodo tak kuasa menahannya...

Sampai suatu saat Dodo mengungkapkan busa-busa airnya yg mendidih ke Ani. Dan sekejab terjadilah perdebatan hebat. Dodo tetap bersikeras dengan pikirannya yang tak keruan dibuat Ani, padahal Ani berasa melakukan hal salah pun tidak. Dodo dengan pikiran nya yang membabibuta terus saja melemparkan apinya yang membara ke gendang telinga Ani.

sempat hadir dalam senubari Dodo. Saat-saat Dodo dan Ani yang sudah terlewat, yang telah berlalu dimakan waktu, yang indah dan tak terlupakan. Dodo teringat bahwa ia ingin berubah, jelas ia mengatakan di depan batang hidung Ani, namun meneropong ke dalam kenyataan sekarang, apa daya Dodo bertindak? telah meletus gunungnya, seperti gunung krakatau... habis hingga atap nya. Waktu seperti berhenti sesaat... mundur dan memutarkan adegan-adegan manis itu...

Saat sudah lelah Dodo mengungkapkannya, Ani terlihat tenang. Dalam pikiran Dodo, yang ada cuma menyesal, karena saat usai amarahnya, Ani harus angkat kaki dan meninggalkannya, bukan karena membenci, karena punya urusan dengan yang lain.

Yang tinggal kini cuma Dodo dan sejuta penyesalannya...
inginnya ia berkata maaf... tapi mencoba mencari kata selain kata maaf, pasti sudah Bosan Ani mendengar maaf yang tak berkesudahan dari Dodo...

"Bosan ya mendengarku minta maaf? mungkin aku tak menemukan kata lainnya. tak 1 pun...
Perlukah aku menghilang dari hidupmu? dan tak mungkin kembali?"

... . . . . . . . . . . . . . . .

Sabtu, Juni 19

Hei!

Sesungguhnya, tak ingin aku sekali pun melarang
mencerca, memaki, dan menghujad kepergianmu
apa lagi saat kau menemui keluargamu nun jauh di sana
sedang aku hanya berdiam di atas ranjang memahat-mahati mimpi di luar jendela kamar

-duh, lagi-lagi aku tulis yang model begini...-

Sederhana saja, aku tak ingin kau bawakan aku cinderamata
cerita yang menarik
foto
karangan bunga
kata-kata yang menggiurkan...

aku tak ingin itu semua,
Tak ada ingin ku untuk menginjak kakimu biar tak melangkah...

Tapi, kemanapun kamu melangkah
Jangan lupa kau bawa pulang senyummu...

Ngga tau kan?

kamu tau ngga, kalau detik di bumi semakin melambat


Kamu tau ngga, kalau warna di bola mata ku semakin pudar

kamu tau ngga, kalau tidurku semalam tak nyenyak

Kamu tau ngga, fotomu semakin sering kupandangi

kamu tau ngga, kalau doa ku isinya kebanyakan namamu

kamu tau ngga, kalau aku mulai pikun belakangan ini

kamu tau ngga, kalau aku berbicara sendiri saat menjelang tidur

kamu tau ngga,... kenapa, bagaimana...

kamu tau ngga, kenapa aku begitu?

kamu tau ngga, rasanya merindukan

aku tahu kok, karena itu yang kurasakan sekarang

aku tahu kok, karena benar kalau aku rindu hadirmu

rindu hadirmu...



Kamu tau ngga, kenapa aku menulis ini?
aku juga tak tahu, kenapa ya? duh-duh...

Rabu, Juni 9

-

Kalau saja nanti kau terjaga... izinkan aku menyiapkan yang terabaik untukmu. Segala kesenangan dan kehangatan lilin-lilin. Biar aku yang siapkan. Untuk mu saja. Agar tak pernah hilang senyummu yang kudambakan itu. Senyum yang tak ada dua. Dan Ketika kau terjaga... Izinkan hanya aku saja yang terduduk dalam benakmu. Tak ada lain. Dengan begitu, genap dan sempurna lah nyanyian ku untuk mu. Sirna lah segala resah dan dukamu. Kalau saja nanti kau terjaga, jangan segan kamu buka matamu, hatimu, jiwamu, nyawamu.


Aku akan hadir begitu kau sebut namaku, begitu kau sebut huruf depanku, Bukan... bukan hadir di hadapanmu. Hadir dalam Hatimu. Bukakan pintu dan aku akan masuk...

puisi ini belum terselesaikan... maaf...

Selasa, Juni 8

Jadikan... jadikan...

Aku ingin bernyanyi deh... tapi suaraku tak cukup bagus, Malu sama bulan dan bintang di langit. Tapi aku pingin. Bosan, terus-terusan bernyanyi di hati. aku pingin mendendangkan puisi yang kubuat semalam-malaman. Lelah terkadang memikirkannya. Tak sadar sudah ber-uban rambut ini. Sampai lompat saat bercermin. tapi sesungguhnya bukan itu maksudku menulis kan ini. Suratan ini aku tulis bukan karena tidak ada yang meminta. Haha... iya, mungkin kamu tau, memang karena kamu yang meminta. Jadi maaf ya, kalau tulisannya belum bisa dimengerti.


Aku ingin kan kamu tahu ini. tentang mimpi yang tak hilang-hilangnya mengisi malamku yang redup tak terlara...
"Kalau suatu hari tumbuh pohon di tengah padang rumput, izinkan aku berteduh di sana. Bersandar hingga terlelap. Hingga saatnya tidurku terjaga karena kamu mengguncangnya dengan sandaran kepalamu di bahuku - yang kurang lebar- ini. Dan saat itu juga, aku mengantar mu ke mimpimu, mengelus tiap-tiap helai rambutmu perlahan, lembut dan manis. 'Tersenyum lah' kataku, 'aku merindukan lekuk pipimu yang tergeser karena senyum'. Jangan buat harapan ku sirna begitu saja. Saat itu juga, ingin ku kecup keningmu. Sekali saja... Biar kau juga terbangun dengan ku di bawah pohon ini. Boleh kan? aku dekatkan wajahku, perlahan dan pasti. Tiba-tiba, Suaramu terdengar. Rupa-rupanya sudah terjaga sebelum mendarat kecupanku di atas keningmu. Namamu kupanggil-panggil biar nyatu nyawanya. 'sudah bangun?' setelah itu kupandangi langit yang sebegitu emasnya. Gemas, rasanya ingin ku remas, bagai padi saat musim nya, emas, hanya tinggal dituai. Di padang itu tak ada lain selain aku dan kamu. Kudengar seksama, ada rintihan air yang beriak. Ah, sungguh tenang... angin juga berhembus jarang-jarang, membikin rumput-rumput saling bermesraan satu sama lain. Dan kamu, kamu masih saja bersandar di atas bahuku. dan aku mengizinkannya hingga kamu bosan sendiri. Aku tak tahu ingin bercakap apa. Biar deh, biar saja tubuh ku yang berbicara. mengelus rambutmu, lembut, manis dan perlahan. Tak ada lagi lain di hatiku selain patahan kata-kata itu. singkat. tertuju hanya padamu. Iya, tentang perasaanku... bahwa aku, aku mencintaimu... berulang kali, tak kutemui akhir nya. Karena tak kutemui juga penghujung perasaanku itu. Dan di padang rumput itu, Matahari merah dan bulat mulai terjatuh ke pelukan senja. Ya, di bawah pohon itu, aku terlelap bersamamu. seorang saja."

Indah bukan mimpiku? Makanya, tak pernah lupa, dalam doaku kusebut-sebut mimpiku itu. Biar deh, biar jadi kenyataan.

Jadi kenyataan...

Jumat, Juni 4

eeeehhh...

Duh aku sakit mungkin?

Dokter mana ada yang buka jam segini?
coba kalian pandang ke bawah tulisan ini... tertera jelas pukul berapa ini...

Sakit ku bukan melemas tubuhku
Sakit ku bukan membiru kuku ku

Sakit ku ada di telinga, di mata, di kulit...
Pasti kamu yang di sana mengerti..
iya..
kamu... siapa lagi?

Oh, bahkan mungkin di hidungku sakit,
sakit.

Cari dokter... Dokter biar liat liang luka nya...
Dokter mana ada yang buka jam segini?
coba kalian pandang ke bawah tulisan ini... tertera jelas pukul berapa ini...

bisa-bisa nya aku sakit jam segini...
pasti kamu yang di sana mengerti..
iya..
KAMU... siapa lagi selain kamu?

Dokter biar liat liang luka nya...
Dokter mana ada yang buka jam segini?
coba kalian pandang ke bawah tulisan ini... tertera jelas pukul berapa ini...

Haduh.

Rabu, Juni 2

Saat berkata : "Anjiingg!"

Mau bercakap ke siapa?

kalian mau ketawa?? silahkan!
Jangan sungkan-sungkan...

Tak apa kok...
Aku juga hanya membungkuk di pojok,

Keparat.. setan!
Pergi saja sekarang! hush!
Sial... khayalan ku saja tak bisa kulihat di balik awan...
terlalu tinggi... terlalu tebal

.........

.........

Wow.... sinar matahari,, muncul lagi?
disaat mendung begini?
Pelanginya mana?
Ga ada?? kenapa?
oh iya, daritadi tidak ada hujan singgah ke bumi

Terangi aku...
Oh angin.. terima kasih,
buang itu awan jauh-jauh.
geser ke benua lain. buat sirna!

ah,,, aku lihat harapan itu... dasar awan mendung!
seperti tikus, bau, mengganggu, menggerogoti semangat ku,

bukan yg disana yang turun padaku...
aku yang terbang...
tapi sebelum ku terbang
aku butuh sayap...
boleh kan kalau aku pinta padamu?
atau aku jahit sendiri saja sayapnya...

Selasa, Juni 1

Leading Lights



Angels in the sky
Sing to me no more...
Listen to the thousand questions of mine

will I ever find another place to sleep?
Because i think i have no more energy,
maybe a bit tired of trying
a bit...

Can i see it beyond her scars?
and put in it a bunch of stars?
well, tomorrow always will be a big day
Till the rain stop,
till the shower find another place to rest

Angels in the sky
May I sleep in your lap?
One night and that's it.
Because it's stormy outside,
the storm of soreness.

and when it ends,
lead me to the way which destiny has chose me to.
hang a sunshine smile on this cloudy face of mine.

when I see miracles... i found that you're the one who wrote it...
Angels...