BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, November 28

Duh, Adinda…

Secercah sinar di matanya 
Tak beda dengan mentari ketika fajar perlahan menyingsing.
Kulitnya teramat cerah, bagai langit yang tiada merindukan hadirnya hujan.
Ketika bibirnya ia lekukan, wajahnya tak segan berubah, 
berubah.. Semanis buah yang dikecap Hawa di taman Firdaus. 
Semerdu dawai-dawai harpa yang dipetikan Lucifer dahulu di nirwana,
Suara tiada jenuh-jenuhnya membuai daun telinga.

Alisnya.. tak tebal, tak tipis, bagai awan di langit kemarau.
Serasi dengan rambut ikalnya yang terlukis bagai jejak-jejak peluru hangat di udara.
Satu dua kali ia berlalu, harum semerbak menjadi buntutnya, seharum buah dudaim di malam perkawinan.

Jelita hatinya, terlukis dari lirih-lirih parasnya… Seperkasa ksatria nyalinya, 
Sehalus permaisiuri manjanya.
Sosok jelita itu perlahan,, perlahan menuai penatku…

Namun telah penuh terisi hatinya.
Tiada ruang tersisa.
Bagaikan kotak harta karun… isinya tiada kentara
Bahkan sudut hatinya tak kenal sedikitpun kekosongan.
Yah…
Kini berharap saja yang ku perbuat…
Hatinya dipenuhi kebahagian yang kekal abadi...

0 comments: